Senja hari ini terasa sungguh indah,ditambah lagi dengan ada nya engkau disisiku wahai sahabatku. Ya,melewati senja secara bersamaan seakan - akan kegiatan ini telah menjadi kebiasaan kita jika liburan menjelang.
Tak terhitung telah berapa lama kita saling kenal,tak terhitung berapa banyak tetes air mata yang kita keluarkan dikala kita sedih,tak terhitung pula telah berapa banyak kebahagiaan yang kita luapkan bersama.
Hampir setiap akhir minggu kita menghabiskan waktu bersama. Terkadang kau yang mengunjungi rumah ku, lalu kemudian minggu berikutnya aku yang kerumahmu. Dia adalah Leostrada Andika. Aku memanggilnya Leo, aku dan Leo sudah seperti saudara. Kami kompak, walaupun terkadang kami sering sekali berbeda pendapat.
"Ris tujuan kita hari ini mau kemana?" pertanyaan Leo yang selalu diulang jika kami bertemu. "Bagaimana jika hari ini kita melakukan hal yang berbeda Le? Aku bosan setiap kita main pasti ujung - ujung nya cuma makan." timpalku yang memang bosan dengan acara wisata kuliner aku dan Leo. "Oke,kali ini kita pergi ke kota tua ya? Atau Monas? kita 'hunting' foto disana. Udah lama kan ya kita ga foto - foto lucu." jawab Leo dengan antusias,lalu aku menyetujui ajakan Leo tersebut.
Kami sepakat kali ini tujuan kami berdua adalah kota tua. Leo membawa kamera SLR nya,dan sesampainya kami disana tanpa menunggu aba - aba lagi aku dan Leo langsung mencari objek foto. Aku memilih museum sebagai objek ku tetapi Leo berkata lain. Karena kamera yang kami bawa hanya satu,akhirnya Leo lah yang mengalah.
"Mas,mas.Bisa tolong fotoin saya sama temen saya ga?" tanya Leo kepada seseorang yang berada di dekat kami. "Oh,Oke." jawab orang tersebut. Setelah cukup banyak orang itu menekan tombol foto akhirnya aku dan Leo berterimakasih. "Le,lucu ya fotonya. Yang ini lucu deh." kata ku dengan tersenyum. "Iya lucu,bagus. Jangan diapus ya Ris fotonya. Kamu simpen atau malah kamu cetak. Biar kamu ga lupa sama aku. Biar kamu inget terus sama aku." kata Leo. Aku memang sedikit bingung dengan perkataan Leo tersebut, tetapi Leo hanya tersenyum tanpa mau menjelaskan maksudnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah tiga hari ini Leo tidak masuk sekolah. Aku bingung kenapa Leo tidak masuk, aku bertanya kepada teman - teman nya tapi tidak ada yang tahu alasan Leo tidak sekolah. Aku juga sudah mengirim pesan ke Leo tapi dia tidak menjawab, bahkan telepon ku juga tidak diangkatnya.
"Ris,Iris.....Iris!" suara seseorang memecah lamunanku, dan aku pun menoleh ke sumber suara itu. "Iya Bu,ada apa ya?" tanya ku kepada Bu Fatimah yang tadi memanggilku. "Sudah tiga hari ini Leo tidak sekolah. Alfa pula,kamu tahu dia kemana?" tanya Bu Fatimah yang ternyata sama penasarannya dengan ku. "Saya juga kurang tau Bu,tapi nanti abis pulang sekolah saya mau kerumah Leo Bu. Ibu mau titip pesan?"
"Oh gitu,ngga ada Ris. Makasih ya" jawab Bu Fatimah dan langsung berlalu di depan ku. "Duh Le,Le. Kamu kemana sih. Aku khawatir." ucap ku.
Sepulang sekolah aku langsung menuju rumah Leo. Setelah di depan rumahnya aku dipersilahkan masuk oleh Simbok yang menyuruhku menunggu di ruang tamu dan langsung memanggil Tante Lena,Mamah Leo.
"Selamat sore Ris." sapa Tante Lena dengan suara yang serak dan wajah yang sendu. "Sore Tante." salam ku kepada Tante Lena. "Tante,Iris mau tanya Leo kemana ya Tante? udah tiga hari ini dia ga sekolah, sms dan telepon Iris pun ga ada yang dijawab nya." akhirnya tanyaku kepada Tante Lena. "Ris...Leo...masuk rumah sakit,udah dua hari ini dia ga sadar diri Ris." tutur Tante Lena sambil terisak. " Ya Tuhan,Tante Leo kenapa? Leo sakit apa Tante? kenapa Iris ga tau?" aku pun ikut terisak. "Maaf Ris,sebenernya Leo sakit Ris. dia mengidap leukimia. Tapi dia mohon sama Tante supaya ga usah kasih tau kamu." ungkap Tante Lena. "Kamu mau jenguk Leo? mungkin dia akan sadar kalau kamu datang." ajak Tante Lena.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Leo,bangun.. ini aku Iris." bisik ku ke telinga Leo dengan harapan dia akan sadar setelah mendengar suaraku. "Aku tau kamu bisa denger aku Le. Bangun ya Le,aku kangen kamu,kangen berantem sama kamu. Kamu jahat Le,sakit ko ga bilang aku,sms aku juga ga di bales." ucap ku sambil terisak. Setelah cukup lama menunggu akhirnya Leo mulai sadarkan diri, aku dan Tante Lena pun berucap syukur atas mukjizat Tuhan tersebut.
"Mah,Iris mana?Aku mau ketemu Iris." suara Leo yang terdengar begitu menyayat hati ku. "Dia ada disini sayang,Iris...temani Leo ya? Tante mau panggil dokter dulu." . "Aku disini Le." jawabku singkat. "Hai,jangan nangis ya Ris." sapa Leo. "Pinter banget kamu nyembunyiin ini Le!" jawabku dengan kesal. "Iya maaf,aku cuma mau kamu sahabatan sama aku itu tulus. Bukan karna kasian sama aku." jelas Leo. "Emang nya menurut kamu selama ini aku gimana? Le,aku ga mau kamu kenapa - kenapa. Le,kamu harus sembuh. Kamu harus kuat Le. Harus!" tutur ku kepada Leo. "Kamu jangan nangis. Ini semua udah takdir aku. Bilang ya sama Mamah ku, aku sayang banget sama dia. Maafin aku ya Ris. Aku juga sayang sama kamu. Jangan pernah lupa sama aku ya Ris." Leo berkata dengan tertatih dan sambil tersenyum tetapi meneteskan air mata juga.
Tak lama setelah itu keadaan Leo memburuk. Aku dan Tante Lena semakin khawatir dengan keadaan Leo. Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruangan dan memberi kabar kepada Tante Lena bahwa Leo tidak bisa bertahan lagi. Tangis Tante Lena dan aku pun langsung pecah saat itu juga. Leo. Sahabat yang sangat aku sayangi. Ia telah tiada. Ia membawa semua tawa,tangis,rasa pedulinya,sikap keras kepalanya,kekonyolannya,dan juga semua yang ada di dirinya. Selamat jalan Le, semoga kamu tenang ya disana. Aku Iris, sahabat yang selalu merindukanmu, sahabat yang selalu ada untukmu. Aku akan selalu berdoa untukmu. Aku tidak akan pernah melupakan mu Leostrada Andika.